Sabtu, 08 Mei 2010

Resensi Buku

Judul Resensi : Kisah cinta yang membuat seseorang buta akan kecantikan Cleopatra.
Judul Buku : Pudarnya Pesona Cleopatra
Pengarang : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit :
Republika
Tahun :
2008
Cetakan ke :
tujuh belas
Jumlah halaman :
111 
Penokohan :
Tokoh utama AKU
Memiliki watak keras kepala, egois dan tidak mau menerima takdir serta tidak bisa menghargai orang yang mencintainya dengan tulus.
Raihana
Memiliki jiwa yang bersih, kuat beriman dan selalu tulus mencintai karena percaya ada yang lebih dicintai dengan penuh kepasrahan yaitu Allah. Walaupun harus menelan kepahitan yang dialaminya. 
Biografi Pengarang :
Habiburahman El Shirazy,lahir di semarang, pada hari kamis pon,30 September 1976. Penulis muda ini mengawali pendidikan formalnya di SD SembungharjoIV dan Madrasah Dinniyah Ai Huda, Bengetayu Wetan, Semarang, lulus Tahun 1989, kemudian melanjutkan sekolahnya ketingkat lebih lanjut. Pada tahun 1992 ia merantau ke kota budaya Surakarta untuk belajar, lulus pada tahun 1995  dari Madrasah Alyah. Setelah itu melanjutkan pengembaraan intelektual dengan belajaar di Fak. Ushuluddin, Jurusan Hadis, Universitas Al Azhar.
Sinopsis : 
Berikut adalah sinopsi novel “Pudarnya Pesona Cleopatra”
Kisah ini berawal dari tokoh AKU harus menikah dengan gadis Jawa bernama Raihana pilihan ibunya yang sama sekali tidak dikenal. Gadis itu adalah putri teman ibunya dan merupakan janji tersirat untuk “besanan” antara dua orang sahabat yang sama-sama lulusan pesantren Mangkuyudan Solo.
Terjadi pergulatan jiwa dalam diri AKU. Antara kecewa dan tidak mau mengecewakan sang ibu yang dicintainya. Pergulatan jiwa tersebut adalah Aku selama ini memimpikan untuk memiliki istri seorang gadis Mesir yang cantik (karena tokoh AKU adalah lulusan Perguruan Tinggi Mesir) dan tidak mau dijodohkan dengan gadis pilihan sang ibu yang sama sekali bukan hasratnya selama ini.
Tetapi pernikahan itu berlangsung juga. Hari-hari diisi dengan kebencian yang mendalam dari si AKU terhadap Raihana yang dengan tulus mencintainya. Diam, acuh dan sinis selalu dilakukan AKU terhadap istrinya. Sedangkan manis, setia dan penuh cinta selalu dipersembahkan Raihana terhadap suaminya tercinta.
Pergolakan batin selalu tercipta dengan kebencian yang luar biasa. Hingga suatu saat AKU harus mengikuti acara pelatihan di tempat yang jauh dan Raihana sementara tinggal bersama ibunya sampai proses kelahiran buah cintanya berakhir.
Aku bertemu dengan rekan sesama pelatihan yang sedang mengalami kehancuran akibat beristrikan seorang gadis Mesir yang juga cantik. Diceritakan bagaimana sulitnya menyatukan dua budaya yang berbeda, menjinakkan karakter istri yang keras tak bernorma sampai akhirnya harus menanggung kehancuran moril dan materil.
AKU menyadari bahwa dia melakukan kesalahan besar dalam kehidupan rumah tangganya. Dia sudah menyia-nyiakan istri cantik khas Indonesia yang selama ini setia, memberikan kelikhlasan dengan kasih sayang, dan sangat menyanjung suami-seperti yang biasa dilakukan istri-istri suku Jawa- bahkan kuat menghadapi sikap suami menyebalkan seperti AKU yang berlangsung selama setahun perkawinan mereka.
AKU segera pulang dan berniat berlutut minta maaf di pangkuan sang istri yang mulia-mencintai suami karena Allah- serta berjanji akan menjadi suami yang mencintai karena Alah dengan segenap jiwanya.
Tetapi Raihana memang bukan Cleopatra. Raihana hanya gadis cantik dari lokal. Tetapi memiliki kesalehan hati yang luar biasa. Dan hal itu telah disia-siakan oleh AKU yang harus menelan penyesalan besar karena belum sempat menyatakan maaf serta janji akan menjadi suami yang setia, menghormati istri dengan segenap hati dan menyanjungnya lebih dari kepada Cleopatra-yang telah pudar terkalahkan oleh bersinarnya pesona Raihana-karena Raihana meninggal saat AKU tidak disisinya. 
Penutup : 
Novel ini sarat dengan makna, kita dapat lebih memaknai hidup lebih jauh bahwa cinta kepada sesama akan berakhir tetapi cinta kepada Sang Pencipta akan tetap ada sampai kehidupan di alam lain.
Analisis novel ini hanyalah pekerjaan dan hasil yang sangat kecil karena penulis menyadari keterbatasan wawasan tentang karya-karya sastra. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi kita yang sama-sama tengah mencari makna hidup dan kehidupan.
Semoga.